Saturday, October 25, 2008

“Keluh Kesah Yang Di Slamatkan Teman Sejati”

Saya (penulis) menyampaikan sebuah pengalaman “seseorang”. Seorang wanita yang sedang merantau, dia berasal dari pulau sumatera utara yang bertekat disana nantinya akan menjadi orang yang sukses dan itu juga merupakan harapan saya.
Dia berkata "Umur sekitar 12 tahun saya berangkat dari tanah kelahiran saya meninggalkan keluarga, saudara, ibu, dan seorang ayah yang kecewa atas kepergian saya. Saya bertujuan untuk melanjutkan sekolah saya ke jenjang yang lebih tinggi tepat nya di Kalimantan barat kota pontianak. Di sana saya tinggal besama adik dari ibu saya (saya memanggilnya tante) mempunyai 2(dua) orang anak yang selalu saya jaga tiap hari nya. Satu minggu saya tinggal bersama mereka di sambut dengan kegembiraan, hari semakin bertambah kegembiraan itu pun semakin menghilang. Saya menyadari biaya sekolah saya kadang berasal dari tante, tetapi untuk memperolehnya pun penuh dengan perjuangan dan sakit hati (sulit di katakan).

Terkadang juga beasal dari abang saya yang sebelumnya sudah di sini beberapa tahun yang lalu juga seorang kakak. Jengkelnya kakak saya bukan membantu kesulitan-kesulitan saya, kami sering berantam yang disebabkan hal-hal yang tidak perlu diperdebatkan. Bulan bertambah bulan tahun bertambah tahun suasana yang saya alami semakin buruk, besar keinginan saya untuk pulang. Tetapi tekad untuk menyelesaikan sekolah membuat keinginan pulang saya pudar. SMP saya lalui selama 3(tiga) tahun, yang dilanjutkan dengan SMU.
Masa SMU masa yang pahit Ayah tercinta saya di panggil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setelah mengetahui kabar tersebut rasanya hilang segalanya, saya terdiam merenungkan segalanya air mata pun tidak tertahankan, saya tidak dapat berbuat apa-apa. saya sangat menyesal saya tidak dapat pulang pada saat itu, kesempatan untuk melihat terakhir kalinya. berhari-hari air mata tidak tertahankan menagis dan terus menangis, doa yang saya ucapkan setiap saat membuat saya dapat menerima yang terjadi. Pada saat itu konsentrasi belajar sangat kurang dan tuntutan pekerjaan semakin menumpuk, omelan-omelan tante terdengar setiap hari. Sehingga saya gagal menempuh ujian akhir SMA.
Selangkah demi selangkah saya mencoba untuk hidup yang lebih baru, lebih baik dari yang sebelumnya dengan adanya dorongan dari teman-teman, masa SMA pun terlewati, saya berjuang agar dapat duduk di bangku kuliah. Hal tersebut terpenuhi saya bersyukur karma saya terpilih masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur PMDK. Perkuliahan pun dapat saya ikuti, adaptasi yang sulit kesibukan dikampus yang banyak membuat waktu di rumah berkurang yang membuat tante semakin marah (sulit dikatakan). Dengan adanya teman-teman yang membantu saya, yang mendengarkan setiap keluhan-keluhan saya, yang selalu ada untuk saya membuat suasana kampus lebih jauh lebih indah di banding di rumah. Dan skarang duduk di semester 7(tujuh) dimana sebelumnya sudah mengajar di sebuah skolah swata sampai skarang, saya telah memperoleh setitik dari keberhasilan ini.

Buku dari “Keluh Kesah Yang Diselamatkan Teman Sejati” akan terbit namun akhir dari buku ini belum selesai.


No comments:

Powered By Blogger